Series Ultraman sudah berjalan selama lebih dari puluhan tahun dan ada beberapa hal yang paling dibenci fans dari franchise tersebut. Series Ultraman merupakan salah satu Tokusatsu yang tidak kalah populer dari Kamen Rider atau Super Sentai. Hal ini yang kemudian membuat seriesna masih terus muncul bahkan hingga sekarang. Namun, ada beberapa hal yang paling dibenci para fans dari series Ultraman. Apa saja?
Terlalu Banyak Menghadirkan Komedi
Hal yang paling dibenci para fans dari series Ultraman yang pertama adalah bagaimaan seriesnya terlalu banyak menghadirkan komedi. Sudah bukan hal aneh jika series anak-anak menghadirkan elemen komedi di dalam cerita atau seriesnya. Tujuannya tidak lain adalah untuk memberikan hiburan bagi mereka mengingat anak-anak adalah pangsa pasar utama dari seriesnya.
Namun, beberapa Ultraseries yang muncul dalam beberapa tahun belakangan dianggap tidak bisa memberikan hal yang baru dan segar selain menghadirkan elemen lama yaitu komedi. Menghadirkan elemen komedi sebenarnya bukan hal yang tabu dan salah dalam series Ultraman. Apalagi, komedi pernah menjadi alasan kegagalan dari series Ultraman Nexus yang dianggap terlalu dark.
Tsuburaya Production kemudian menghadirkan sesuatu yang baru di Ultraman Geed yaitu komedi yang mana ini jadi ide bagus apalagi setelah tone yang gelap di Ultraman sebelumnya. Namun, formula ini menjadi terlalu sering digunakan dan membuat para fans gusar khususnya para penonton dewasa. Mayoritas fans mengetahui bahwa di awal kemunculan Ultraman pada tahun 1960an seriesnya memang terkenal dark dan horor.
Tidak Banyak Menghadirkan Ultraman Wanita
Untuk hal ini sebenarnya memang menjadi satu hal yang cukup pelik. Di sepanjang sejarah kemunculan Ultraman sebenarnya Tsuburaya Production cukup banyak menghadirkan karakter wanita dalam seriesnya. Dalam hal ini, terdapat UltraWoman yang menjadi protagonis utama dalam ceritanya. Kemudian, ada juga beberapa karakter wanita yang jadi host dari Ultraman.
Namun, harus diakui presentase tersebut kalah jauh jika kita membandingkannya dengan Kamen Rider bahkan Super Sentai. Dalam universe Kamen Rider sendiri jumlah Kamen Rider wanita masih jauh lebih banyak daripada UltraWoman. Inilah yang kemudian cukup banyak dibenci dan dikritik oleh banyak orang. Padahal, tidak jarang juga ada penonton wanita diantara para penonton pria atau anak laki-laki.
Kemungkinan, hal ini karena pengaruh dari apa yang muncul di era 1970an di mana penduduk Jepang dan penonton Ultraman masih belum siap ketika ada protagonis utama wanita muncul dalam series Ultraman. Hal ini karena Ultraseries sendiri memang sudah melekat dengan citra bahwa ini adalah tontonan anak laki-laki dan merupakan superhero untuk laki-laki.
Terlalu Sering Menggunakan Kekuatan Pendahulu
Hal yang dibenci oleh banyak fans dari series Ultraman selanjutnya adalah bagaimana banyak cerita menghadirkan formula cerita di mana para host atau para Ultraman menggunakan kekuatan dahsyat para pendahulunya. Formula cerita untuk menggunakan kekuatan pendahulu sebenarnya merupakan hal yang menarik apalagi franchise ini ada banyak sekali karakter Ultra.
Beberapa series mungkin memang masuk akal dan menarik untuk menghadirkan konsep seperti itu. Di sisi lain, menghadirkan kekuatan atau menghadirkan kembali karakter Ultra dari masa lalu akan membangkitkan nostalgia di kalangan fans. Namun, ketika Ultraseries menggunakan formula cerita yang sama berulang-ulang rasanya masuk akal juga jika para fans justru membenci hal tersebut dan malah jadi bumerang bagi pihak Tsuburaya.
Sebagian pihak sebenarnya bisa memberikan maklum terhadap poin ini. Hal ini karena berbeda dengan Super Sentai atau Kamen Rider di mana mereka bisa mengembangkan tema sesuka hati menjadi berbagai macam tema, hal ini tidak berlaku untuk Ultraman. Franchise Ultraman seolah sudah memiliki tradisi tersendiri dan tidak banyak juga tema atau hal yang bisa digunakan dalam seriesnya.
Sering Hiatus
Untuk poin yang satu ini mungkin bisa dimaklumi mengapa bisa terjadi. Ultraman merupakan series Tokusatsu yang paling tua dalam sejarah. Di beberapa tahun pada awal penayangannya justru series Ultraman sering kali melakukan hiatus. Contohnya adalah ada jarak waktu yang cukup lama antara Ultraseven dan The Return of Ultraman. Butuh tiga tahun bagi Tsuburaya Production kembali menghadirkan series baru.
Untuk pertama kalinya Ultraseries hiatus selama tiga season. Namun, hal tersebut sebenarnya wajar karena Ultraseven pada awalnya memang dimaksudkan sebagai series terakhir dari franchise Ultraman. Sementara itu, The Return of Ultraman sendiri merupakan proyek tribute atau penghormatan terhadap sang pendiri Tsuburaya Production yang meninggal dunia.
Ultraman sempat kembali melakukan hiatus di tahun 1975 pasca berakhirnya series Ultraman Leo. Dan baru pada tahun 1979 mereka kembali menghadirkan series baru itupun tidak dalam format live action melainkan animasi. Masalah keuangan jadi alasan mengapa Tsuburaya memutuskan untuk menghadirkan format baru yaitu animasi. Meskipun di era sekarang hal itu mulai jarang terjadi, namun bukan mustahil seriesnya akan kembali hiatus.
Menghilangkan Attack Team
Hal yang paling dibenci oleh para fans di series Ultraman lainnya adalah menghilangkan Attack Team. Di awal kemunculan series Ultraman, Attack Team merupakan salah satu elemen penting dan sudah jadi salah hal yang ikonik dalam franchise Ultraman. Dalam ceritanya, Attack Team atau Defense Team merupakan tim pesawat tempur yang ikut membantu Ultraman dalam menghadapu Kaiju.
Mereka juga sering kali menjadi elemen penting dalam ceritanya, di mana salah satu dari mereka sering jadi host atau wadah dari Ultraman. Mulai menghilangnya Attack Team sendiri pertama kali terjadi pada Ultraman Ginga di tahun 2013. Seriesnya sendiri memperlihatkan fokus ceritanya pada remaja yang masih sekolah. Baru di series sekuelnya, Ginga S, Attack Team kembali dimunculkan dengan nama UPG.
Di series Ultraman Orb sebenarnya Attack Team sempat kembali dihadirkan. Namun, sama sekali tidak ada elemen angkatan udara atau semacamnya dari tim tersebut. Di era modern fokus ceritanya sendiri lebih banyak pada kehidupan masyarakat sipil. Hal ini karena di satu sisi mereka tidak memiliki banyak pilihan untuk mengembangkan tema atau cerita seperti Super Sentai atau Kamen Rider.
Berbagai Hal Lain
Selain lima poin di atas, sebenarnya ada cukup banyak hal lainnya yang dibenci oleh para fans dari series Ultraman. Misalnya, bagaimana penggunaan armor di beberapa karakter Ultraman. Para fans lebih senang untuk melihat Ultraman yang tampil secara natural atau tidak menggunakan armor apapun. Meskipun secara desain hal itu menarik, namun tidak jarang juga itu justru mengurangi ciri khas dari Ultraman.
Menghadirkan Kaiju jadi sorotan utama juga terkadang jadi hal yang banyak dibenci dan dikritik oleh para fans. Para kaiju atau monster yang muncul dalam cerita Ultraman tidak jarang mendapatkan porsi cerita yang cukup banyak seperti halnya sang Ultraman. Hal ini pun membuat para fans kecewa. Contohnya adalah di series Ultra Q para penonton diperlihatkan berbagai kaiju yang ada.
Tidak jarang juga para monster dari era lama kembali muncul yang mana para fans tentunya berharap ada monster baru yang menjadi tantangan besar bagi Ultraman. Dan contoh lainnya adalah bagaimana pertarungan sering kali terjadi di tengah kota yang mana hal ini tentunya cukup mengganggu. Sebagian fans menganggap bahwa hal ini sebenarnya bisa dihindarkan seperti beberapa Ultraseries lain.
Series Ultraman memang selalu menjadi perhatian para fans mengingat ini merupakan salah satu dari tiga Tokusatsu populer dan paling tua dalam sejarah. Meskipun tidak banyak hal yang bisa dikembangkan dalam ceritanya. Namun, setidaknya mereka bisa memaksimalkan hal lain dan mencoba untuk memperbaiki apa yang menjadi kritikan para fans.